Dec 28, 2010

Dia

Dia tak pernah berjalan menjauh. Tak pernah berjalan didepanku, ataupun dibelakangku, tak pernah membiarkan aku melangkah 3 kaki lebih jauh darinya. Dia berada disamping, menggandeng tanganku, dan berkata, "Aku tidak akan pernah berjalan lebih jauh darimu."

Dulu, ketika kami masih sama-sama muda dia selalu membawakanku bunga-bunga segar berwarna putih dari kebunnya. Sepertinya dia sangat tau bahwa aku suka bunga mawar berwarna putih. Tapi sekarang, ketika umur kami telah menua. Dia tak berbeda, setiap ulang tahun pernikahan kami dia membawakan sebuah kue kecil dengan satu lilin putih diatasnya, lalu dia menyuruhku segera meniup lilin itu supaya tidak meleleh. Setelah aku meniupnya, dia mencium keningku dan memberikan satu bunga mawar berwarna putih. Kami tertawa bersama. Hal itulah yang sangat aku rindukan.

Saat aku bercermin sendiran, aku menyisir rambutku dan menyadari bahwa rambut putih ini semakin lama semakin rapuh, banyak rambut-rambut yang tersangkut disisir itu. Baiklah, rambut putih ini semakin tipis saja. Tapi dia datang dari belakang dan menaruh kedua tangannya dibahuku, "Seperti apapun keadaanmu. Kamu akan tetap terlihat cantik, selalu cantik," ucapnya.

Dia sabar mengurusiku, aku yang sakit-sakitan, mungkin karena memang dari kecil tubuhku ini tidak begitu kuat, sering sakit. Dia merawatku dengan penuh kasih sayang dan cinta. Semua dia lakukan dengan tulus, bahkan dia telah belajar bagaimana memasak bubur kesukaanku. Begitu baik, begitu sabar.

Dan bahkan ketika keadaan perekonomian kami tidak begitu baik, ketika kami mengalami kesulitan. Dia tidak pernah memperlihatkan ekspresi kesedihan didepan mukaku. Wajahnya selalu ceria, walalupun sebenarnya aku tahu dia sangat kecewa dan sedih. "Jangan takut, jangan cemaskan aku. Aku tak apa-apa, jangan jadikan itu sebagai bahan kekhawatiranmu."

Ketika hari ulang tahunku yang ke-73. Dia membawakan sebuah kotak putih, dia mengisyaratkanku agar cepat membukanya. Setelahku buka, disitu ada sebuah surat, bertuliskan...
"Umur mu kini menginjak 73. Dan aku bahagia dengan itu. Aku bahagia karena setelah puluhan tahun masih bisa hidup berasamamu. Melihat mu setiap hari ketika aku bangun pagi. Memasakkan bubur untukmu ketika kamu sakit. Mengucapkan selamat ulang tahun pernikahan setiap tahunnya. Di umurmu yang ke-73 ini aku mengucapkan banyak terimakasih. Karena kamu telah mau menghabiskan seluruh sisa hidupmu bersamaku. Terimakasih karena kamu mau tinggal dirumah yang tak terlalu besar dan tak terlalu bagus ini. Terimakasih karena telah membantuku dan membangkitkan semangatku ketika kujatuh. Terimakasih. Terimakasih karena telah mempercayaiku sebagai pendamping hidupmu. Tetap lah percaya. Aku akan melakukan yang terbaik untukmu, dan untuk kita. Jangan menangis, ataupun mengeluarkan setitik air matapun. Tersenyumlah, karena dengan itu aku dapat mengetahui... bahwa aku tidak akan pernah menyesal telah menikahi gadis yang paling cantik."

Walaupun kini dia telah tiada dan berada didunia yang berbeda denganku. Tapi aku percaya, itu tidak dapat memisahkan hubunganku dengannya. Kami tidak berpisah selamanya. Karena aku percaya. Suatu saat nanti, aku akan bisa kembali bertemu dengannya, menggengam tangannya dan berkata, "Aku akan selalu percaya. Selalu." Seperti yang selalu aku katakan kepadanya.

by : Clara Cynthia :D

No comments:

Post a Comment